23 May 2009

kenali Pewaris nabi- Habib Umar bin Hafiz

Beliau ialah Habib Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abdullah putera dari Abi Bakr putera dari Aidarus putera dari Hussein putera dari Syeikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari Abdullah putera dari Abdul Rahman putera dari Abdullah putera dari Syeikh Abdul Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Dawilah putera dari Ali putera dari Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari Ali putera dari Muhammad Shahib Mirbat putera dari Ali Khali Qasam putera dari Alawi putera dari Muhammad putera dari Alawi putera dari Ubaidillah putera dari Imam al-Muhajir Ahmad putera dari Isa putera dari Muhammad putera dari Ali al-Uraidi putera dari Ja'far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari Ali Zainal Abidin putera dari Hussein sang cucu lelaki, putera dari pasangan Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah az-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w..

Beliau dilahirkan di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim.

Ayahnya ialah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran Islam dan pengajaran hukum suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua datuk beliau, Habib Salim bin Hafiz dan Habib Hafiz bin Abdullah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi Habib Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.

Beliau telah mampu menghafal al-Quran pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadis, bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin Alawi bin Shihab dan Syeikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da'wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan zikir.

Namun secara tragis, ketika Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk solat Jumaat, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahawa tanggungjawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang dakwah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid.

Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, dia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk majlis-majlis dan dakwah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal al-Quran dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Dia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.

Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang mulia Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Syafie, Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya dia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Dia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang dakwah.

Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan serban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w..

Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan dakwah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.

Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari Habib Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan RasulNya s.a.w. dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni Habib Ahmad Mashur al-Haddad dan Habib Attas al-Habshi.

Sejak itulah nama Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikeranakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopularan dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan.

Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.

Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman.

Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.

Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis.

Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.

Habib Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.

Nafsu Yg Tenang....

Sumber: http://aljoofre.blogdrive.com/

Nafsu Yang Tenang
Semasa memberikan ceramah-ceramah selaku Ketua Bait Muslim Selangor di sini dan juga ketika mengajar kitab Bidayatul Hidayah, ana biasa menyebutkan tips untuk mendapatkan nafsu yang tenang. Jiwa yang diserukan oleh Allah di akhir Surah Al-Fajr supaya kembali kepada Tuhannya dalam keadaan redha lagi diredhai.

Apapun tips yang diberikan, kita harus sedar satu perkara, nafsu ini biasanya akan menyeru kepada perkara yang buruk asalnya (ammarah bissu'). Nafsu menyeru supaya tidur, jangan bangun di tengah malam. Nafsu menyeru makan dengan banyak sehingga halal haram disapu bersih. Nafsu inginkan kekayaan dunia, hingga sanggup terjual maruah diri dan agama. Nafsu inginkan pangkat hingga lupa perjuangan Islam yang dilaungkan. Nafsu kepada jantina yang lain, hingga mengenepikan batasan syariat.

Hatta nafsu yang sepatutnya disalurkan ke arah yang baik pun kadang kala, menyebabkan kita lemah dalam mencari redha Allah. Nafsu akan meminta, mendesak, megasak kita sedayanya. Namun yang menjadi masalahnya, nafsu takkan puas. Kita memberi sentiasa diminta lagi. Kita memenuhkan permintaannya, kadang kala dituntut pula yang lebih lagi. Sampai bila mahu tenang gelodak nafsu ini ya?

Air Yang Dijerang

Seorang rakan ana biasa membawa tamsilan begini. Nafsu ibarat air yang dijerang di atas api. Selagi mana tidak ditutup api, selagi itulah ia akan menggelegak. Ataupun angkat sahaja, dan tuangkan air itu ke tempat yang lain. Yang penting tuangkan air itu ke cawan yang betul. Tuang ke tempat yang salah, buruk padahnya. Hati-hati pula menuang, jangan pula sampai terpercik ke tangan dan kaki.

Begitu jualah nafsu kita. Perlulah dimanfaatkan dengan baik. Kalau air yang dijerang, boleh dibuat teh dan kopi, nafsu yang digunakan dengan baik boleh membawa kita ke syurga. Banyak sungguh hikmah nafsu ini. (rujuk entry ana sebelum ini). Bagaimana pula untuk memadamkan nafsu seperti mana memadam api yang menjerang air? Bak kata Al-Imam As-Syaikh Abu Bakar BinSalim, "Waktumu yang paling bermanfaat adalah di saat kamu memfanakan nafsumu dan waktumu yang paling sia-sia adalah disaat kamu mendapatkan nafsumu." Caranya telah pun diajar oleh Islam sebenarnya, namun tentu amat sukar selagi mana tak didapatkan Nafsu Mutmainnah itu.

Nafsul Mutmainnah

Al-Imam Busiri di dalam Burdahnya yang masyhur ada menyebutkan, "Nafsu bak seorang anak kecil, jika dibiarkan menyusu, dia kan membesar dalam keadaan ingin menyusu sahaja, tetapi jika engkau cuba mencerai susukan dia, akan terputus keinginannya pada susu tersebut."

Tamsilan Imam Busiri ini ana selalu bawakan. Cuba perhatikan apabila seorang ibu ingin mencerai susukan anaknya. Tentu sekali si anak meronta dan menangis tak henti. Meminta-minta supaya disusukan oleh si ibu. Akan tetapi, berapa lamakah agaknya tangisan itu berterusan? Apabila berhenti dari menangis, lama kelamaan, si bayi sudah tidak teringin kepada susu ibunya. Tenanglah dia.

Begitu juga anak kecil yang inginkan sesuatu dari kedai. Sejenis mainan contohnya. Menangis meronta meminta dari ayahnya mohon dibelikan mainan tersebut. Jika si ayah berkeras tidak mahu membeli, akhirnya diam juga si anak, bila diketahui tangisannya takkan berhasil. Tenanglah dia.

Nafsu kita juga begitu. Perlu ditarbiah. Mesti dididik. Patut diajar bahawa kita takkan mengikuti sahaja kehendaknya, takkan tunduk patuh kepada permintaannya. Engkau makhluk Allah yang dicipta untuk membantu aku mencapai tahap yang mulia, bukan dicipta untuk aku mengikut perintah engkau. Tentu sekali susah mulanya.

Hendak bangun di awal pagi yang dingin, ketika manusia lain nyenyak dibuai mimpi. Hendak meninggalkan sesuatu yang seronok dilakukan untuk solat contohnya. Hendak meninggalkan tabiat bermesra dengan manusia lawan jantina. Hendak meninggalkan keseronokan dunia, untuk mencari keredhaan Allah. Tentu memberontak sungguh nafsu ini. Meronta-ronta memohon kita mengikuti kehendaknya.

Mujahadahlah. Usahalah sedayanya agar dilawan juga nafsu itu. Mohonlah bantuan Allah agar mendapat kejayaan menundukkannya. Sukar sekali bukan? Tentu sukar mulanya. Akan tetapi percayalah, jika nafsu yang meronta-ronta itu kita tidak hiraukan, kehendaknya tidak dilayan, hanya kerana Allah, lama kelamaan nafsu kita kan tenang jua akhirnya. Bangun di tengah malam bertambah seronok. Menanti waktu solat bak menanti kekasih yang akan datang. Tidak bermesra dengan jantina yang lain (yang tidak halal ya), tidak terasa apa pun kurangnya. menghayati Al-Quran bergetar hati. Membaca kitab ilmiah terasa indah. Kerana ketika itu nafsu kita tenang bak anak kecil tadi. Moga Allah kurniakan kita hati yang tenang itu.

Perjalanan Dakwah

Dalam perjalanan dakwah di bumi Mesir ini, ana kerap berpisah dengan anak isteri. Ana sering ditanya juga persoalan yang sama. "Bagaimana Ustaz tabah dengan perpisahan begitu ya?" Ana katakan, "cuba perhatikan pejuang Islam lain. Cuba sebutkan seorang sahaja pejuang agama Allah yang tidak pernah berpisah dengan anak isteri."

Mereka bertanya lagi, "tapi Ustaz masih belum menjawab soalan kami. Kami tanyakan bagaimana, bukan siapakah contoh yang ada." Ana jawab, "carilah Nafsu Yang Tenang."

21 May 2009

Senangi IBUmu

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad adalah bakti kepada ibu. Ketika Abdullah bin Umar ra didatangi seorang pendosa yang berkata “wahai ibn umar, aku ini selalu berbuat dosa tapi aku mau tobat dan mau menebus dosaku, aku harus beramal apa?”. Abdullah ibn Umar ra berkata “kau punya ibu?”, maka pemuda itu berkata “sudah wafat”. Dijawab oleh Abdullah ibn Umar “ya sudah kalau sudah wafat, kau perbanyak ibadah saja”. Ketika pemuda itu pergi, orang yang disebelah Ibn Umar bertanya “kenapa kau tadi tanya ibunya? Apa hubungannya ibu dengan dosa orang itu?”, maka Ibn Umar berkata “aku belum menemukan satu pahala yang bisa memupus dosa dosa melebihi dari menyenangkan ibunda sendiri”.


Dan dijelaskan “Barangsiapa yang menginginkan keberkahan hidup, panjang umur dan rezki yang luas maka senangkanlah hati ibunyaMaka itu Allah akan bukakan baginya limpahan keberkahan.

20 May 2009

Kecelaruan dalam mentafsir syariat-bahana tidak berguru

Apa pendapatmu tentang TAWASSUL?...habis aku buru jawapannya...menjadkan hidup tak keruan tidak bertemu jawapan ...

Apalah ALLAh mahu khabarkan kepada ku ?...kemanakah aku mahu dicampakNYA?

Aku berlindung dengan ALLAH swt dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dilinddungi dari melampaui batas dan sesat dalam dunia ini.

15 May 2009

Nasihat TOKKU kepada yang menuju ALLAH...

Siapa yang datang kepadaku untuk mencari kelebihan, ia hanya akan membuang masa. Carilah Guru yang lain kerana padaku tiada apa-apa kelebihan.

Siapa yang datang kepadaku kerana ALLAH, InsyaAllah, dengan amalan dan latihan yang diberikan, perasaan cinta, rindu, asyik, takut pada Allah akan memancar pada jiwanya. Cinta pada ibadah, khusyuk, kasih sayang pada manusia dan cinta pada agama adalah natijah dari pendidikan ini.

Di sini kami melihat tiada keutamaan membincangkan tentang
karamah, kasyaf, ilham, firasat, mimpi, wali-wali ghaib, syeikh-syeikh yang hebat, perubatan, persoalan imam Mahadi dan dunia mistik yang lain. Di sini kami melihat agenda membangunkan ummah, keimanan, kasih sayang, kefahaman, amal, mujahadah, dakwah, jihad adalah lebih besar dan utama untuk dibincangkan.

Dalam pendidikan ini, ukuran natijah kerohanian bukannya dilihat dari segi apa yang ia dapat dari alam ghaib seperti bisikan, mimpi yang hebat, karamah, firasat yang hebat, kelebihan perubatan atau persilatan. Tetapi, ukuran kehebatan kerohaniannya yang sebenar ialah keimanan, ketaqwaan, tercabutnya mazmumah, ubudiyyah, perlaksanaan syariah, akhlak, ibadah, cinta Allah, rasul, akhirat, warak, khusyuk dalam ibadah, ketenangan menghadapi musibah, mencintai dakwah dan jihad.

Pendidikan ini untuk mereka yang mencari kefakiran diri dengan meninggalkan pakaian kesombongan dan keduniaan. Juga untuk mereka yang mahu menghilangkan wujud diri untuk melihat wujud Diri-Nya (ALLAH).

~al-faqir ilaLlah Tokku Ibrahim Mohamad~

Rawat Hati Dengan Sifat TAWADHUK-Tn Guru Ibrahim Mohamad

Ilahi...Anta Maqsudi...Wa Redhoka Matlubi...

Jalan menuju ALlah mesti melalui pintu TAWADDUK..
Tawadduk tak dapat diperolehi sekadar melalui pengajian kitab serta zikir, perlu kepada latihan mujahadah untuk diamkan HATI dari merungut atau mencipta alasan untuk membela diri atau merasakan kebenaran diri walaupun lidah sudah mengakui kelemahan diri..
Ku beroleh kefahaman ini setelah dipulau oleh guru & teman kerana penyakit angkuh dalam hatiku.

Guruku sangat lembut hatinya tetapi sangat tegas dan keras berdepan nafsu jahat yang akan membakar muridnya.

Hanya orang yang sedia rasai kepedihan dibelah jantungnya akan berjaya dirawat..

Ziarah blog Tokku: http://bustanul-arifeen.blogspot.com/


6 May 2009

Ahli Jemaah banyak kena Penyakit Riya'

Adapun UJUB dan RIYA' adalah penyakit orang yang banyak beribadat kepada ALLAH swt. ia menghapuskan pahala ibarat kayu kering disambar api.

Riya' adalah cenderung mencari keredhaan manusia. Amalannya tidak selari dengan hatinya...ahli jemaah ni ana faham sangat..bukan tak tahu.. berpura-pura alim, berkopiah , jalan didepan muslimat tunduk, berpura-pura zuhud, pura-pura alim, merasakan diri lebih layak..tetapi hatinya menunggu-nunggu untuk berbuat maksiat. Sangat berbeza sikapnya saat ia dihadapan manusia dan saat ia berseorangan....itulah ia antara perangai dan sifat munafiq/ berpura-pura. Berkopiah, melaksanakan dakwah, ...gambar lucah pun tengok!..

Sayugia terdengar beberapa individu beristighfar..terkedu, spontan dalam kuliah tasauf dalam membahas bab khauf dan raja'(takut dan harap) serta penyakit ujub dan riya' ahli ibadah dari kitab minhajul abidin . Aku memerhati keadaan sekeliling, kembali mataku aku tetapkan kelantai tunduk malu..begitu juga beberapa sahabat sefikrah yang juga ahli jemaah kampus. Title ahli jemaah yang dibangga-banggakan , kononnya merasa diri pendukung agama ALLAH dihempas kelantai , berkecai ia dek sentuhan halus nasihat dari ustaz...

Aku rasa, aku lalui , aku memerhati dan aku juga menjadi saksi dalam gerak kerja ahli jemaah. Memang ada benarnya apa yang dibahaskan ustaz. Seolah-oleh beliau juga pernah menyaksikan perkara sebegitu dalam penggerak harakah islamiyyah...Begitu jauh kita dari apa yang dikatakan sebagai mencari redha ALLAh swt sedang dalam diri kita bersatu maksiat dan yang haq.

Tarbiyyah tidak boleh dipandu akal, kerana ia nafsu. Sebaliknya perlu dari hati yang bersih..serta panduan Ilahi.

Mutiara demi mutiara aku kutip saat bersama orang - orang soleh seperti ini. Kita belajar bagaimana sebenarnya kita tidak tahu... Kita sangkakan kita betul , sangkaan kita meleset jauh dari jalan sebenar.

Sejauh mana penglibatan kita dengan jemaah menjadikan semakin kita takut akan ALLAH swt? Apakah semakin meningkat amal kita? Apakah semkin kita berusaha meningkatkan kualiti amalan wajib kita? Apakah ia menjadikan kita meninggalkan maksiat kepada ALLAH swt? Apakah semakin halus syariat kita atau sebaliknya? ... Semakin baikkah akhlak kita atau kita sendiri keliru dengan amalan akhlak di kalangan ahli jemaah...?

Dihitung-hitung , dengan halusnya perbahasan bab penyakit hati yang ustaz bahaskan boleh dikatakan tiada apa lagi yang tinggal bagiku dalam gerak kerja amal jamaie aku dek dirosakkan penyakit hati yang aku sendiri tidak sedar rupanya aku menganuti penyakit-penyakit itu sepanjang bergerak kerja... Habis bagaimana aku boleh merasa selesa? ..Itulah tipu daya iblis terhadap anak adam bagi memastikan setiap dari kita tidak selamat dalam perjalanan menuju ALLAh swt.

Habis tarbiyyah yang dibahas-bahas , dimuhasabah saban sem, serta konsep jiwa besar yang di bentuk-bentuk selama ini apa?...Semakin dalam kita hayati , rupanya jiwa manusia bernama ahli jemaah ini masih banyak ruang vakum yang wajib diisi sebelum mereka meggelarkan diri mereka sebagai AHLI JEMAAH !Memalukan , rupanya kita tak jauh beza pun dari insan yang berada diluar kepompong bai'ah ahli jemaah melainkan sekadar sejauh sifat berpura-pura sahaja...bahkan kita mungkin lebih teruk lagi terdedah dengan penyakit - penyakit ini.

Aku ingat lagi ustaz Md Noor Omar juga memang ada menyebut bab penyakit hati ini. dari kitab bidayatul hidayah juga karangan Hujjatul Islam Imam Al Ghazali .Untuk menghadapinya hanyalah dengan ilmu.... barulah kita akan dapat jalan yang lurus.

5 May 2009

Tahluf dalam ISLAM- Penerangan buat yang bertanya...

salam Muhibbah.

Semalam saya menerima satu "comment' yang menghentam PAS kerana bersekongkol dengan DAP yang dikatakan kafir dan memerangi UMNO yang ISLAM . isu ini sudah lama dan sepatutnya sudah jelas, cuma mereka yang tidak tahu akan berkata ia tidak wajar. Dalam Politik ISLAM ada ruang untuk PARTI ISLAm bekerjasama dengan orang kafir tetapi dengan syarat yang ketat dan sangat fundemantal untuk setiap UMAT ISLAm ikuti. Cabang ilmu ini di gelarkan sebagai "TAHALUF" .

Janganlah hairan tentang kerjasama ini kerana Rasulullah saw pernah bersabda, Allah menguatkan ISLAM dengan orang -orang kafir!

berikut adalah teks dar LAJNAH TARBIYYAH DAN KEPIMPINAN PAS PUSAT untuk kita fikrikan secara bersama:

MUQADDIMAH
Tahaluf ialah perjanjian persefahaman bagi bekerjasama dan bantu-membantu untuk menghadapi lawan.Persefahaman ini berlaku di kalangan sesama Islam seperti yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. dengan Aus dan Khazraj yang membawa kepada penyatuan umat di bawah panji-panji dan tertegaknya negara Islam.
Hal ini juga berlaku dengan kumpulan bukan Islam seperti persefahaman dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutalib yang berlaku sebelum hijrah dan persefahaman dengan kabilah Khaza'ah selepas ''Perjanjian Hudaibiyah''.

Rasulullah s.a.w. mengiktiraf half al-fudul yang berlaku pada zaman jahiliyah apabila terbentuk satu persefahaman menentang kezaliman. Perkara ini terjadi setelah seorang lelaki dari kabilah Zubaid dizalimi oleh Aas bin Wa'il, lalu dia meminta pertolongan.

Akan tetapi tidak ada yang sanggup untuk menolongnya, lalu beberapa orang daripada bangsawan Makkah yang bersimpati dengannya telah mengadakan persefahaman di rumah Abdullah bin Jad’an untuk menentang kezaliman tersebut.

Berhubung dengan peristiwa ini, Rasulullah s.a.w. telah bersabda, maksudnya:

Daripada Talhah bin 'Abdullah bin 'Auf, bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: ''Sesungguhnya aku telah menyaksikan di rumah Abdullah bin Jad'an satu pakatan yang aku amat suka kepadanya seperti saying kepada unta merah (barang yang sangat berharga), kalau aku diajak kepadanya di zaman silam nescaya aku menyahutnya.'' (Riwayat Ibnu Ishaq)

Oleh itu, tahaluf telah menjadi suatu perkara yang berlaku dalam perjalanan Harakah Islamiyah menurut keperluan dan cabaran yang berlaku pada zaman masing-masing. Satu kajian yang mendalam perlu dibuat dan dibincangkan dengan teliti agar langkah yang diambil tidak bercanggah deng prinsip Islam yang mesti ditegaskan dalam semua keadaan.

Hukum Tahaluf

Tahaluf diizinkan oleh syariat berdasarkan kepada syarat-syaratnya.Untuk memahami syarat-syaratnya, hendaklah dikaji perbezaan di antara tahaluf yang dilangsungkan oleh Rasulullah s.a.w. dan ditolaknya.

Syarat-syarat Tahaluf

1.Membawa maslahah dan tidak mengikat sehingga menjejaskan prinsip

Dalil-dalilnya ialah:

a) Hubungan Rasulullah s.a.w. dengan keluarganya dari kalangan Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutalib, khasnya Abu Talib. Walaupun mereka tidak menganut Islam, tetapi mereka mempertahankan Rasulullah s.a.w. sehingga sanggup berkorban apa sahaja.

Tetapi pernah Abu Talib membuat satu kenyataan seolah-olah supaya Rasulullah s.a.w. bertolak-ansur dalam perkara prinsip, lalu dengan tegasnya Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud:

''Wahai bapa kesayanganku, demi Allah, kalau mereka meletakkan matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku agar aku meninggalkan urusan ini (menegakkan Islam), nescaya aku tidak akan meninggalkannya sehinggalah Allah memberi kemenangan kepada agamaNya atau aku mati kerananya.''

Akhirnya Abu Talib dan keluarganya kecuali Abu Lahab, mengambil keputusan untuk mempertahankan Rasulullah s.a.w.

b) Hubungan Abu Bakar al-Siddiq r.a. dengan Ibn Daghnah yang bersedia untuk memberi perlindungan kepada beliau dibatalkan. Hal ini terjadi apabila Ibn Daghnah mensyaratkan kepada Abu Bakar supaya jangan beliau membaca al-Quran di luar rumah kerana bimbang boleh mempengaruhi orang lain kepada Islam. Contoh maslahat yang diizinkan: a.Ke arah kedaulatan Islam dan pelaksanaan syariatnya.

Dalam situasi kegagalan idealogi-idealogi asing dan kebuntuannya menyelesaikan masalah, terdapat kumpulan orang- orang Islam yang jahil dan terjebak ke dalam idealogi bukan Islam dan kumpulan orang bukan Islam yang memberi kesempatan kepada perlaksanaan Islam, maka mestilah diadakan hubungan dengan mereka ke arah dalam memberi sokongan kepada perjuangan kita dalam pilihanraya, dalan persidangan dewan dan sebagainya, dengan syarat mereka bersedia untuk menerima kepimpinan Islam, mengakui kedaulatan dan perlaksanaan dengan sepenuhnya dan kita tidak memaksa mereka untuk menganut Islam (tetapi mengambil peluang memperkenalkan Islam kepada mereka).

Dalilnya ialah perjanjian Rasulullah s.a.w. di Madinah dengan orang-orang Yahudi.

b.Menentang kezaliman, penyelewengan dan keruntuhan moral

Apabila perkara ini merupakan perkara-perkara yang dirasai kesan dan akibatnya kepada semua golongan, termasuk golongan bukan Islam, maka boleh diadakan persefahaman dalam perkara ini.

Contohnya, bekerjasama di dalam usaha mendesak pembebasan tahanan dan sebagainya kerana Rasulullah s.a.w. mengiktiraf half al-fudul serta mengakui pakatan dan persefahaman golongan yang menentang perjanjian pemulauan ke atas keluarga Rasulullah s.a.w. walaupun mereka tidaklah sampai ke peringkat mengakui kedaulatan Islam.

Dan sabda Rasulullah s.a.w., maksudnya:

Diriwayatkan daripada Jabir r.a. katanya: Dua orang anak muda yang mana salah seorang di antaranya dari kaum Muhajirin dan seorang lagi dari kaum Ansar sedang bertengkar.Seorang dari kaum Muhajirin atau mungkin juga beberapa orang dari kaum Muhajirin berteriak: Wahai orang Muhajrin! Manakala kaum Ansar berteriak: Wahai orang Ansar! Setelah mendengar suasana begitu Rasulullah s.a.w keluar dan bersabda: Ada apakah panggilan seperti Jahiliyah ini? Mereka menjawab: Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah. Hanya ada dua anak muda sedang bertengkar di mana salah satu dari keduanya berusaha memukul bahagian tubuh yang satunya. Rasulullah s.a.w bersabda: Kamu tidak perlu menyembunyikan persoalan. Seharusnya kamu menolongnya baik yang zalim mahupun yang dizalimi. Terhadap yang zalim, maka hendaklah beliau mencegah kezalimannya. Sesungguhnya itu bererti telah menolongnya. Manakala terhadap yang dizalimi hendaklah beliau membelanya.'' (Riwayat Muslim)

2.Mengakui kepimpinan Islam dan tidak menjejaskan matlamat perjuangan

Dalilnya:

a) Rasulullah s.a.w. telah menangguhkan tahaluf dengan Bani Syaiban apabila mereka tidak bersedia untuk bersama-sma menegakkan negara Islam dan mempertahankannya. Hal ini terjadi apabila Bani Syaiban menyatakan ketidaksanggupan untuk berhadapan denga Parsi tetapi hanya sanggup menghadapi kabilah Arab sahaja.

b) Rasulullah membatalkan cadangan untuk bertahaluf dengan Bani 'Amir apabila mereka mahu berkongsi jawatan kepimpinan negara tanpa menerima Islam.

3.Tidak berwala' kepada musuh dan tidak redha dengan pegangan mereka

Di antaranya ialah mengakui kepimpinan orang-orang bukan Islam dan bertahaluf dengan musuh-musuh Islam untuk memerangi orang-orang Islam. Firman Allah s.w.t., maksudnya:

''Janganlah orang-orang yang beriman mengambil orang-orang kafir menjadi teman rapat dengan meninggalkan orang-orang yang beriman.Dan sesiapa yang melakukan (larangan) yang demikian maka tiadalah ia (mendapat perlindungan) dari Allah dalam sesuatu apapun, kecuali kamu hendak menjaga diri daripad sesuatu bahaya yang ditakuti dari pihak mereka (yang kafir itu). Dan Allah perintahkan supaya kamu beringat-ingat terhadap kekuasaan diriNya (menyeksa kamu). Dan kepada Allah jualah tempat kembali.'' (Ali 'Imran: 28)

Berwala maknanya menjadikan sebagai pemimpin, teman yang akrab, pelindung atau penolong. Keadaan takut adalah darurat. Kesetiaan dalam keadaan itu dilahirkan secara zahir, tetapi hatinya tidak redha di samping berusaha untuk membebaskan diri dengan merancang bagi meneruskan perjuangan dengan berhijrah dan sebagainya.

Muwada'ah

Di sana terdapat satu persefahaman secara sementera waktu dengan golongan yang bermusuh kerana maslahah. Persefahaman ini dinamakan muwada'ah dan ada juga ulama' meletakkannya dalam perkara hadanah (gencatan senjata).

Disebut dalam ''Syarah Muhazzab'' (karangan Imam Nawawi), di antara maslahahnya ialah mengharapkan mereka masuk Islam, mereka akan membayar jizyah atau menolong kerana memerangi golongan lain. Tetapi para ulama' bertelingkah dalam menentukan tempoh masanya.

Ada yang menghadkan setakat empat bulan sahaja dan ada juga yang mengharuskan menurut maslahah (di antaranya ialah orang-orang Islam masih berada dalam keadaan lemah). Adapun jika tiada apa-apa maslahat atau mudaratnya lebih banyak daripada maslahah, maka ia tidak diharuskan.

Isti'anah (Meminta Bantuan atau Pertolongan)

Apabila adanya persefahaman, maka berlakulah tolong-menolong, iaitu mereka berjanji untuk menolong kita dan kita berjanji untuk menolong mereka.

1.Mereka menolong kita

Menurut Syeikh Sayid Sabiq dalam ''Fiqh al-Sunnah'', adalah harus bagi kita untuk menerima pertolongan daripada golongan munafik dan fasik kerana Rasulullah s.a.w. pernah membenarkan Abdullah bin Ubai (seorang minafik) menyertai peperangan bersama-sama baginda. Juga kisah penyertaan Abu Mahjan (seorang fasik) yang mabuk dalam peperangan menentang Parsi.

Adapun pertolongan daripada orang-orang kafir, terdapat kekhilafan di kalangan fuqaha':

a)Imam Malik dan Imam Ahmad tidak mengharusnya secara mutlak
b)Imam Abu Hanifah mengharuskannya dengan syarat orang-orang Islam yang menguasai urusan
c)Imam Syafi'ie mengharuskannya dengan syarat:
a.Apabila orang-orang Islam berada di dalam keadaan lemah
b.Apabila didapati orang-orang bukan Islam cenderung kepada Islam dan memandang baik terhadapnya, dibenarkan dia memberi pertolongan dengan diberi imbuhan dan bukannya bahagian ghanimah.

2.Kita menolong mereka

Menurut al-Sarkhasi di dalam kitabnya ''al-Mabsut'', dan al-Syaibani di dalam kitabnya ''al-Siyar al-Kabir'', Rasulullah s.a.w. menghantar tamar 'Ajwat kepada Abu Sufyan dan mengutus lima ratus dinar ke Makkah supaya dibahagikan kepada orang yang perlu dibantu ketika Makkah dilanda kemarau.

Menurut Ibn Qaiyim al-Jauziyah di dalam kitabnya, ''Zad al-Ma'ad'', apabila Sumamah bin al-Sal r.a., pemimpin Bani Hanifah memeluk Islam, beliau memerintahkan supaya jangan dihantar bekalan gandum ke Makkah sehingga penduduk Makkah berada dalam keadaan kesempitan hidup. Lalu pemimpin-pemimpin Makkah merayu kepada Rasulllah s.a.w. menasihatkan Sumamah agar menghentikan sekatannya.

KESIMPULAN

Tahaluf dapat dibahagikan menurut keadaan berikut:

1.Dalam peringkat membentuk kerajaan hendaklah dengan syarat:

a)Kepimpinan mestilah di tangan orang Islam
b)Mengiktiraf negara Islam
c)Menerima perlembagaan Islam dan syariatnya

2.Tahaluf tanpa membentuk negara:

a)Kerana maslahah untuk menghadapi musuh yang lebih besar
b)Masalah bersama untuk menentang kezaliman, penyelewengan, membebaskan orang-orang tahanan dan sebagainya
c)Berlindung sementara ketika lemah
d)Tidak terikat dengan syarat yang bercanggah dengan Islam dan kepentingan Harakah Islamiyah

Perhatian

Dalam situasi sekarang, hendaklah diberi perhatian kepada beberapa perkara yang boleh menjejaskan maslahah, di antaranya ialah seperti berikut:

1.Matlamat menegakkan negara Islam adalah sangat penting dalam strategi yang diambil oleh Harakah Islamiyah. Oleh itu, jangan terikat dengan janji yang akan menghalangnya atau syarat-syarat yang akan mengikat.

2.Mengutamakan persefahaman dengan kumpulan-kumpulan Islam yang berpengaruh dan yang mempunyai titik pertemuan dengan perkara prinsip yang boleh dipercayai, bukannya yang lemah yang tidak berperanan. Kemudian itu, dengan kumpulan-kumpulan yang bukan Islam.

3.Kita sedang berhadapan dengan masyarakat yang cetek pemahamannya terhadap Islam, di mana mereka tidak mengetahui perbezaan Islam dengn idealogi-ideologi moden. Oleh itu, golongan Islam hendaklah mempunyai syakhsiyah yangkuat yang dapat membezakan mereka dengan parti-parti lain dan perlu diberi kefahaman kepada mereka tentang perbezaan di antara Islam dan idelogi-ideologi moden.Kalau tidak, tahaluf dengan kumpulan bukan Islam lebih memberikan kesan negatif.

4.Persefahaman dengan kumpulan-kumpulan bukan Islam tidak berpanjangan, samada mereka akan menerima Islam atau pertarungan akan berlaku juga pada akhirnya. Oleh itu, hendaklah membuat ikatan-ikatan yang longgar yang tidak akan membelenggu kita di belakang hari.

5.Di sana akan keluar kenyataan-kenyataan bersama yang perlu dipertimbangkan dengan tegas dari segi prinsip kita kerana kenyataan-kenyataan itu bukan sahaja perlu mengikut selera kita, tetapi perlu juga menurut selera mereka.

6.Berwaspada terhadap tipu daya mereka dengan bergantung kepada Allah s.w.t dan kebijaksanaan kurniaanNya.

PENUTUP

Nas-nas dikaji menunjukkan tahaluf boleh dilakukan secara melibatkan gerakan menguasai negara secara menyeluruh dan secara khusus menghadapi isu-isu atau situasi-situasi yang khusus dengan memenuhi syarat-syarat yang tersebut di atas.


WALLAHUA'LAM.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Powered By Blogger