25 Apr 2012

Saranan Snouck Hugronje untuk Hancurkan islam Di Acheh


Banyak barat pelajari dari sejarah penaklukan Aceh. Sehingga sekarang dendam kepada umat Islam diteruksn dengan method dan cara yang hampir sama bahkan diubahsuai dengan mekanisma yang lebih baik . Saksikanlah bagaimana para orientalis begitu teliti menjarah tanah Umat islam di Nusantara ini....demi sebuah cita-cita menjatuhkan UMAT ISLAM DARI BANGKIT MENENTANG MEREKA DAN ANAK DIDIK MEREKA DALAM PEMERINTAHAN ACUAN MEREKA----


PENELITIAN Snouck tentang Aceh sudah dimulai sejak ia berada di Mekkah. Ia tertarik terhadap Aceh ketika orang-orang Arab sering memperbincangkan sikap fanatik rakyat Aceh melawan Belanda. Sebagai orang Belanda, Snouck tergerak untuk menyumbangkan usulan ilmiah tentang Aceh kepada pemerintah Belanda, maka penelitian itu pun dilakukan.

1. Ia mengusulkan kepada Pemerintah Belanda untuk memisahkan Islam dan politik di Aceh.

2.Para jamaah haji yang berangkat dari Aceh harus diawasi, karena ditakutkan ketika pulang dari Arab mereka akan membawa ide panislamisme yang bertentangan dengan kepentingan Belanda di Aceh.

3. Masuk ke pedalaman Aceh sampai ke istana sultan dengan cara memanfaatkan orang Aceh yang dikenalnya di Mekkah.

4.Strategi Peperangan; mengasingkan golongan sultan yang berkedudukan di Keumala, Pidie, setelah kraton dikuasai Belanda.

5.Terus memerangi kaum ulama.

6.Snouck juga menyarankan untuk tidak berunding dengan panglima-panglima Aceh pemimpin gerilya.

7.Selain itu ia menyarankan untuk mendirikan pangkalan tentera Belanda di Aceh, serta membangun mesjid dan merperbaiki jalan serta irigasi untuk meraup simpati rakyat Aceh.

8.Van Huetsz juga meniru taktik perang gerilya Aceh dengan membentuk pasukan masrose yang dipimpin oleh Christoffel dengan pasukan Colone Macan yang menjelajah gunung-gunung seantore Aceh mengejar para gerilawan Aceh.

9.Taktik lain yang diberikan Snouck adalah melakukan penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Taktik ini berjalan mulus, seperti pada tahun 1902, Christoffel menculik permaisuri sultan Aceh dan Teuku Putroe di Geulumpang Payong, Pidie. Sementara pasukan pimpinan Van Der Maaten menawan Putra Sultan Tuanku Ibrahim dan  memaksa Tuanku Ibrahim untuk menyerah. Ia pun menyerah dan berdamai dengan Belanda pada 5 januari 1902 di Sigli. Setelah itu Van Der Maaten juga menyerang Tangse untuk menyerga kelompok Panglima Polim. Tapi Panglima Polem berhasil meloloskan diri. Sebagai gantinya Belanda menangkap Putera Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa keluarga dekatnya. Akibatnya, Panglima Polim pun menyerah di Lhokseumawe pada Desember 1903. setelah itu banyak para Ulee Balang yang menyerah karena keluarganya ditawan.

10.Bagi para Ulee Balang yang menyerah Van Huetsz menulis Korte Verklaring, yaitu surat pendek yang harus ditandatangi oleh para Ulee Balang dan pemimpin Aceh yang menyerah. Dalam surat itu kepada mereka disuruh mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah jajahan Belanda, berjanji untuk tidak mengadakan hubungan dengan luar negeri, serta patuh terhadap perintah-perintah yang ditetapkan Belanda.

11. Meski beberap pimpinan wilayah telah menyerah akibat keluarganya ditahan, perlawanan sengit rakyat Aceh terus berlangsung dalam perang baik frontal maupun gerilya. 

Menghadapi hal itu Snouck kemudian mengusulkan pembersihan dengan taktik membunuh rakyat AcehTaktik ini dilakukan oleh Van Daalen yang menggantikan Van Huetzs. Salah satunya adalah pembunuhan yang terjadi di Kuta Reh pada 14 Juni 1904, hari itu 2.922 orang dibunuh yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan. Namun taktik itu juga tak juga membuat perang Aceh berakhir, perlawanan pecah dimana-mana, sampai akhirnya pada 1906 Snouck kembali ke Belanda.

12.Pertemuan Habib Abdurrahman Az-zahir dengan Snouck Hurgronje di Mekkah adalah awal penelitian akademik tentang politik Aceh. Banyak keterangan Habib tentang Aceh yang menjadi dasar bagi Snouck dalam menyusun Atjeh Verslag untuk memecah belah Aceh.

13.Kisah membeli kebaikan musuh dengan suapan, merupakan upaya yang gencar dilakukan Belanda  menaklukkan para pemimpin Aceh kala itu. Termasuk menggaji kaum Ulee Balang sebagai kaki tangannya.

Dalam surat itu Habib Abdurrahman mengusulkan agar Belanda membentuk administrasi pemerintahan yang baru di Aceh, yakni mengangkat seorang muslimin yang mempunyai pemikiran yang cemerlang, berasal dari keturunan ninggrat dan faham akan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pemerintahan Aceh.

Masih menurut Habib Abdurrahman dalam surat tadi, orang tersebut harus diberi gelar raja atau sederajat, sebagai administrator yang bekerja untuk Belanda atas nama seluruh rakyat Aceh. Orang tersebut juga harus mampu menjadi penyeimbang antara hukum agama dengan hukum duniawi.

Maka menurut Habib Abdurrahman, bila orang seperti itu diangkat sebagai pemimpin rakyat Aceh, maka rakyat Aceh akan mengikutinya. Diakhir surat itu, Habib Abdurrahman membubuhkan tanda tangganya yang disertai cop mohor  dari Pemerintah Aceh.

Tapi saran Habib tidak dilayan Gabernur Hindia Belanda. Kerana kecewa, Habib kemudian menyerahkan dokumen/naskah-naskah tentang Aceh pada tahun 1886 kepada Snouck.

13.Nasehat Snouck mematahkan perlawanan para ulama, karena awalnya Snouck sudah melemparkan isu bahwa yang berhak memimpin Aceh bukanlah  uleebalang tapi ulama yang dekat dengan rakyat kecil. Komponen paling menentukan sudah pecah, rakyat berdiri di belakang ulama, lalu Belanda mengerasi ulama dengan harapan rakyat yang sudah berposisi di sana menjadi takut. Untuk waktu yang singkat, metode yang dipakai berhasil.

14.Selain itu Snouck mendekati ulama untuk memberi fatwa agama yang menyebelahi Belanda. Tapi fatwa-fatwa itu berdasarkan politik deviden et impera(pecah dan perintah ).

15.Demi kepentingan keagamaan, ia berkhutbah untuk menjauhkan agama dan politik. (dalam konteks sekarang peranan media massa) Selama di Aceh Snouck meneliti cara berpikir orang-orang secara langsung. Dalam suratnya kepada Van der Maaten (29 Juni 1933), Snouck mengatakan bahwa ia bergaul dengan orang-orang Aceh .

16. Akhirnya taktik militer Snouck memang diubah. Memang pada 1903, kesultanan Aceh takluk. Tapi persoalan Aceh tetap tak selesai. Sehingga Snouck terpaksa membalikkan metode, dengan mengusulkan agar di Aceh diterapkan kebijakan praktis yang dapat mendorong hilangnya rasa benci masyarakat Aceh karena tindakan penaklukkan secara bersenjata. Inilah yang menyebabkan sejarah panjang ambivalensi dialami dalam menyelesaikan Aceh. Snouck pula yang menyatakan bahwa takluknya kesultanan Aceh, bukan berarti seluruh Aceh takluk.

17.Dalam lingkup internal mereka, perubahan paradigma ini memunculkan konflik kepentingan yang lain yaitu tentang posisi penguasa di Aceh. Pendekatan tanpa kekerasan, otomatis pengurangan pasukan harus dilakukan. Sedangkan Van Heutsz merupakan orang yang sangat menantang itu. Ia bahkan mengusulkan status di Aceh tetap dipegang Gubernur Militer.

Namun segala taktik Snouck itu ternyata tidak sepenuhnya mampu meredam perlawanan rakyat Aceh terhadap pendudukan Belanda. Malah sampai Snouck kembali ke Belanda sebagai Penasihat Menteri Urusan Koloni dan meninggal disana pada 16 Juli 1936 perang Aceh melawan Belanda masih berkecamuk.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Powered By Blogger