Banyak barat pelajari dari sejarah penaklukan Aceh. Sehingga sekarang dendam kepada umat Islam diteruksn dengan method dan cara yang hampir sama bahkan diubahsuai dengan mekanisma yang lebih baik . Saksikanlah bagaimana para orientalis begitu teliti menjarah tanah Umat islam di Nusantara ini....demi sebuah cita-cita menjatuhkan UMAT ISLAM DARI BANGKIT MENENTANG MEREKA DAN ANAK DIDIK MEREKA DALAM PEMERINTAHAN ACUAN MEREKA----
PENELITIAN Snouck tentang Aceh sudah dimulai sejak ia berada di Mekkah. Ia tertarik terhadap Aceh ketika orang-orang Arab sering memperbincangkan sikap fanatik rakyat Aceh melawan Belanda. Sebagai orang Belanda, Snouck tergerak untuk menyumbangkan usulan ilmiah tentang Aceh kepada pemerintah Belanda, maka penelitian itu pun dilakukan.
1. Ia mengusulkan kepada
Pemerintah Belanda untuk memisahkan Islam dan politik di Aceh.
2.Para jamaah haji yang berangkat
dari Aceh harus diawasi, karena ditakutkan ketika pulang dari Arab mereka akan
membawa ide panislamisme yang bertentangan dengan kepentingan Belanda di Aceh.
3. Masuk ke pedalaman Aceh sampai
ke istana sultan dengan cara memanfaatkan orang Aceh yang dikenalnya di Mekkah.
4.Strategi Peperangan;
mengasingkan golongan sultan yang berkedudukan di Keumala, Pidie, setelah
kraton dikuasai Belanda.
5.Terus memerangi kaum
ulama.
6.Snouck juga menyarankan untuk
tidak berunding dengan panglima-panglima Aceh pemimpin gerilya.
7.Selain itu ia menyarankan untuk
mendirikan pangkalan tentera Belanda di Aceh, serta membangun mesjid dan
merperbaiki jalan serta irigasi untuk meraup simpati rakyat Aceh.
8.Van Huetsz juga meniru taktik
perang gerilya Aceh dengan membentuk pasukan masrose yang dipimpin oleh
Christoffel dengan pasukan Colone Macan yang menjelajah gunung-gunung seantore
Aceh mengejar para gerilawan Aceh.
9.Taktik lain yang diberikan
Snouck adalah melakukan penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Taktik ini
berjalan mulus, seperti pada tahun 1902, Christoffel menculik permaisuri sultan
Aceh dan Teuku Putroe di Geulumpang Payong, Pidie. Sementara pasukan pimpinan
Van Der Maaten menawan Putra Sultan Tuanku Ibrahim dan memaksa Tuanku Ibrahim untuk menyerah. Ia pun
menyerah dan berdamai dengan Belanda pada 5 januari 1902 di Sigli. Setelah itu
Van Der Maaten juga menyerang Tangse untuk menyerga kelompok Panglima Polim.
Tapi Panglima Polem berhasil meloloskan diri. Sebagai gantinya Belanda
menangkap Putera Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa
keluarga dekatnya. Akibatnya, Panglima Polim pun menyerah di Lhokseumawe pada
Desember 1903. setelah itu banyak para Ulee Balang yang menyerah karena
keluarganya ditawan.
10.Bagi para Ulee Balang yang
menyerah Van Huetsz menulis Korte Verklaring, yaitu surat pendek yang harus
ditandatangi oleh para Ulee Balang dan pemimpin Aceh yang menyerah. Dalam surat
itu kepada mereka disuruh mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah jajahan
Belanda, berjanji untuk tidak mengadakan hubungan dengan luar negeri, serta
patuh terhadap perintah-perintah yang ditetapkan Belanda.
11. Meski beberap pimpinan
wilayah telah menyerah akibat keluarganya ditahan, perlawanan sengit rakyat
Aceh terus berlangsung dalam perang baik frontal maupun gerilya.
Menghadapi hal itu Snouck kemudian mengusulkan pembersihan dengan taktik membunuh rakyat Aceh. Taktik ini dilakukan oleh Van Daalen yang menggantikan Van Huetzs. Salah satunya adalah pembunuhan yang terjadi di Kuta Reh pada 14 Juni 1904, hari itu 2.922 orang dibunuh yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan. Namun taktik itu juga tak juga membuat perang Aceh berakhir, perlawanan pecah dimana-mana, sampai akhirnya pada 1906 Snouck kembali ke Belanda.
Menghadapi hal itu Snouck kemudian mengusulkan pembersihan dengan taktik membunuh rakyat Aceh. Taktik ini dilakukan oleh Van Daalen yang menggantikan Van Huetzs. Salah satunya adalah pembunuhan yang terjadi di Kuta Reh pada 14 Juni 1904, hari itu 2.922 orang dibunuh yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan. Namun taktik itu juga tak juga membuat perang Aceh berakhir, perlawanan pecah dimana-mana, sampai akhirnya pada 1906 Snouck kembali ke Belanda.
12.Pertemuan Habib Abdurrahman
Az-zahir dengan Snouck Hurgronje di Mekkah adalah awal penelitian akademik tentang politik Aceh. Banyak keterangan Habib tentang Aceh yang
menjadi dasar bagi Snouck dalam menyusun Atjeh Verslag untuk memecah belah
Aceh.
13.Kisah membeli kebaikan musuh
dengan suapan, merupakan upaya yang gencar dilakukan Belanda menaklukkan para pemimpin Aceh kala itu.
Termasuk menggaji kaum Ulee Balang sebagai kaki tangannya.
Dalam surat itu Habib Abdurrahman
mengusulkan agar Belanda membentuk administrasi pemerintahan yang baru di Aceh,
yakni mengangkat seorang muslimin yang mempunyai pemikiran yang cemerlang,
berasal dari keturunan ninggrat dan faham akan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan pemerintahan Aceh.
Masih menurut Habib Abdurrahman dalam surat tadi, orang tersebut harus diberi gelar raja atau sederajat, sebagai administrator yang bekerja untuk Belanda atas nama seluruh rakyat Aceh. Orang tersebut juga harus mampu menjadi penyeimbang antara hukum agama dengan hukum duniawi.
Maka menurut Habib Abdurrahman,
bila orang seperti itu diangkat sebagai pemimpin rakyat Aceh, maka rakyat Aceh
akan mengikutinya. Diakhir surat itu, Habib Abdurrahman membubuhkan tanda
tangganya yang disertai cop mohor dari Pemerintah Aceh.
Tapi saran Habib tidak dilayan Gabernur Hindia Belanda. Kerana kecewa, Habib kemudian menyerahkan
dokumen/naskah-naskah tentang Aceh pada tahun 1886 kepada Snouck.
13.Nasehat Snouck mematahkan
perlawanan para ulama, karena awalnya Snouck sudah melemparkan isu bahwa yang
berhak memimpin Aceh bukanlah uleebalang tapi ulama yang dekat dengan rakyat kecil. Komponen paling
menentukan sudah pecah, rakyat berdiri di belakang ulama, lalu Belanda
mengerasi ulama dengan harapan rakyat yang sudah berposisi di sana menjadi
takut. Untuk waktu yang singkat, metode yang dipakai berhasil.
14.Selain itu Snouck mendekati
ulama untuk memberi fatwa agama yang menyebelahi Belanda. Tapi fatwa-fatwa itu berdasarkan politik
deviden et impera(pecah dan perintah ).
15.Demi kepentingan keagamaan, ia
berkhutbah untuk menjauhkan agama dan politik. (dalam konteks sekarang peranan media massa) Selama di Aceh Snouck meneliti
cara berpikir orang-orang secara langsung. Dalam suratnya kepada Van der Maaten
(29 Juni 1933), Snouck mengatakan bahwa ia bergaul dengan orang-orang Aceh .
16. Akhirnya taktik militer Snouck
memang diubah. Memang pada 1903, kesultanan Aceh takluk. Tapi persoalan Aceh
tetap tak selesai. Sehingga Snouck terpaksa membalikkan metode, dengan
mengusulkan agar di Aceh diterapkan kebijakan praktis yang dapat mendorong
hilangnya rasa benci masyarakat Aceh karena tindakan penaklukkan secara
bersenjata. Inilah yang menyebabkan sejarah panjang ambivalensi dialami dalam
menyelesaikan Aceh. Snouck pula yang menyatakan bahwa takluknya kesultanan
Aceh, bukan berarti seluruh Aceh takluk.
17.Dalam lingkup internal mereka,
perubahan paradigma ini memunculkan konflik kepentingan yang lain yaitu tentang
posisi penguasa di Aceh. Pendekatan tanpa kekerasan, otomatis pengurangan
pasukan harus dilakukan. Sedangkan Van Heutsz merupakan orang yang sangat
menantang itu. Ia bahkan mengusulkan status di Aceh tetap dipegang Gubernur
Militer.
Namun segala taktik Snouck itu
ternyata tidak sepenuhnya mampu meredam perlawanan rakyat Aceh terhadap
pendudukan Belanda. Malah sampai Snouck kembali ke Belanda sebagai Penasihat
Menteri Urusan Koloni dan meninggal disana pada 16 Juli 1936 perang Aceh
melawan Belanda masih berkecamuk.
No comments:
Post a Comment